Senin, 22 Juni 2020

Cahaya

Bismillah.

Aku sempat mempunyai sodara seiman yg mau mendengarkan tangisanku, mengajakku bicara dan mencarikan solusi ketika aku menangis dan dirundung luka. Dan ketika aku merengek, ia mendengarkan dan ngobrolin gimana bagusnya.

Sesuka itu dengan karakternya. Sesuka itu dengan caranya. Sesuka itu, sampai susah membandingkannya dengan siapapun yg aku jumpai. Ia bukan seperti orang lain, yg diam saja dan hanya menunggu tangisanku hilang. Ia tdk seperti itu. Yg seolah tangisan itu berhenti pertanda hilang kesedihanku. Padahal tangisan adalah tanda bahwa kesedihan itu besar dan tak tertahankan. Bila tangisan itu berhenti, itu tandanya aku mulai lagi untuk menahan kesedihan itu.

Ia beda.. Ia bicarakan bagaimana kesedihanku itu hilang, ia obrolkan bagaimana cara terbaik untuk aku kembali baik, ia tidak malu bicara denganku yg sedang merengek menangis dan merengek sedih sekali berceloteh atas smw rasaku.

Kesalahan dan kekhilafannya padaku, bukannya tdk ada. Ada tentunya, dan itu tak jadi soal. Aku berusaha memaafkan dan memaafkan. Masih terbuka lebar hati ini untuk beliau, yg sangat luar biasa mengesankan bagi aku. Masyaallah. Begitu menyukai sikap dan ucapan beliau. Tabarakallah. Aku berharap masih ada kemungkinan besar untuk terus bersama² di jalan yg lurus, jalan yg Allah cintai. Barakallahu fiik. Aku berharap, semoga di syurga kita bersama kalaupun tdk bisa berkumpul di dunia. Berjumpa dengan para Rasul dan pejuang Islam yg sama² mengharapkan wajah Allah 'azza wa jalla. 
Aaamiiin yaa Rabb.

أنا احبك في الله


Tidak ada komentar:

Posting Komentar